Swing Voters Berkurang, Elektabilitas Pathul-Nursiah Makin Naik

LOMBOK TENGAH – Mendekati masa tenang kampanye pilkada di kabupaten Lombok Tengah, suasana semakin menegangkan untuk berebut dukungan swing voterss. Bertempat di resto pawon sasak 2/12/2020, lembaga survey Indikator besutan Burhanudin Muhtadi merilis hasil survey kedua di akhir bulan November pilkada kabupaten Lombok Tengah 2020.

Bapak Rudi Koordinator dari Lembaga Survey Indikator Untuk Bali dan Nusra, Memaparkan hasil temuan survei yang dilakukan lembaga survei Indikator pasca debat pertama, dengan hasil sebagai berikut;

Peringkat pertama masih di isi oleh pasangan Pathul-Nursiah sebanyak 45,9 % pemilih akan memilih pasangan Maiq Meres nomer urut 4, disusul pasangan Masrun-Habib yang dikenal dengan jargon Loteng Mendunia sebanyak 26,4% responden memilih nomer urut 3, pasangan selanjutanya adalah pasangan Ahmad ZiadiĀ  dan Aswatare sebanyak 9,5% diposisi posisi ke tiga dan kempat adalah pasangan Lale Prayatni dan H. Sumum dengan 8,7% dan 2,5% untuk pasangan Saswadi-Dahrun.

Menurut lembaga survey indikator, terdapat kemajuan yang cukup signifikan yaitu sebesar 5% untuk pasangan Pathul Nursiah, semntara calon lain hanya bertambah sedikit saja dari temuan survei awal. Ujarnya.

Suhailmi, Juru bicara maiq meres menilai peningkatan elektabilitas Pathul Nursiah meningkat akibat massifnya konsolidasi tim tingkat dusun, “Hal yang membuat pemilih lebih banyak memilih pasangan maiq meres diperkirakan disebabkan oleh beberapa faktor, pertama secara tokoh L. Pathul Bahri adalah tokoh yang sering melakukan kunjungan langsung bersama relawan dusun, kedua performa Debat Kandidat dimana paslon lain tidak tampil optimal sehingga timbul keraguan, ketiga faktor ketokohan Suhaili FT. Yang disukai oleh masyarakat dengan kegiatan roadshow yang inten dilakukannya untuk sosialisasikan maiq meres. Jelasnya.

Lembaga survey ini adalah lembaga survey yang credible dan resmi di indonesia, dimana hasil survey bisa dipertanggung jawabkan karena melakukan metode yang benar dimana margin error sebesar 4,9% atau dengan 410 responden di wawancara secara lapangan langsung.

Bayu Satria Utama, pengamat millenial dan politik menjelaskan terkait margin error, “dengan margin eror sebesar 4.9% bukanlah menjadi masalah sebab itu adalah metodologi, dan tidak bisa dibandingkan dengan survei yang margin erornya lebih kecil, karna jumlah sample itu dipersentasikan dari jumlah DPT yang ada di kabupaten Lombok Tengah. (*)