Lombok Tengah, MP – Sejauh ini masih ada sekolah yang mengalami rusak berat pasca gempa dan belum dilakukan pembangunan kembali. Pasalnya, Dinas PU masih menunggu perintah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk melakukan pembangunan kembali. Akibatnya, proses belajar mengajar harus dipindahkan ke sekolah sementara yang dibuat di sekitar SDN Gelogor Kecamatan Batukliang Utara (BKU). Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Lombok Tengah, H. Sumum saat dikonfirmasi wartawan pada Selasa (20/19) di hotel D Max.
H. Sumum menyampaikan bahwa masih ada 1 sekolah kategori rusak berat pasca gempa yang sampai detik ini belum dilakukakan pembangunan kembali. Sekolah yang dimaksud adalah SDN Gelogor di Kecamatan Batukliang Utara. Hal tersebut tentu mengganggu proses belajar mengajar baik siswa maupun guru akibat sarana dan prasarana yang kurang memadai. Sehingga pihaknya berharap agar segera dilakukan pembangunan kembali.
Disampaikan, dari 10 SD yang mengalami rusak berat pasca gempa, sudah 9 sekolah yang dibangun kembali dan 1 sekolah belum tersentuh sama sekali. Ia juga menyampaikan sekolah yang mengalami kerusakan berat menjadi tanggung jawab Dinas PU untuk melakukan pembangunan. Berbeda halnya dengan sekolah yang mengalami kerusakan ringan, itu menjadi tanggung jawab sekolah.
Berdasarkan persentase, jelasnya, sebanyak 96 persen sekolah di Loteng dengan kondisi bagus. Meski sebelumnya ada 10 SD yang rusak berat, 70 SMP, SMA yang rusak sedang. Namun semua sudah terselesaikan. Tinggal SDN Gelogor saja yang belum tersentuh dan pihaknya sudah membicarakan dengan dinas PU.
Berdasarkan komunikasi yang dijalin dengan dinas PU, dinas PU menyampaikan bahwa pihaknya masih menunggu keputusan dari Kemendikbud. Begitu sudah ada perintah pihaknya baru akan mulai pembangunan. Pihak dari PU juga menegaskan bahwa tidak berani bekerja sebelum ada perintah. Karena sudah ada undang-undang (UU) yang mengatur tentang semua itu. Begitu dana sudah diserahkan oleh Kemendikbud ke PU baru pihak PU akan mulai bekerja.
Dengan kondisi seperti itu, ditambah dengan kondisi guru yang ada di Kabupaten Loteng saat ini menduduki peringkat ke- 7 se NTB dari 10 Kabupaten/kota berdasarkan penilaian dari Ujian Kerja Guru (UKG). Meski begitu, pihaknya tetap optimis kedepannya kemampuan guru yang ada di Loteng bisa meningkat. Kalaupun tidak bisa meningkat ke peringkat 1 minimal peringkat 3. Hal tersebut tentu bisa saja terjadi dengan catatan para guru mau belajar.
Ditambahkan, Kemampuan guru di Loteng secara individu sebenarnya tidak kalah dengan guru-guru yang lain. Namun, kondisi tersebut bisa saja terkendala oleh minimnya penguasan ilmu teknologi sebab pada saat UKG semua berbasis teknologi. Adapun kendala lain bisa saja para guru malas menjawab soal. Sehingga mulai saat ini dinas pendidikan akan memprogramkan program Kelompok Kerja Guru (KKG). Program tersebut tahun ini mulai berjalan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan guru.
Lebih jauh dijelaskan “berdasarkan kajian, kita tidak berorientasi pada baiknya sarana prasarana, kunci dari keberhasilan pendidikan adalah bagaimana guru itu melakukan pembelajaran. Artinya, bagaimana mereka membimbing, melatih, dan mengajar peserta didik. Sehingga dibutuhkan guru yang memiliki keahlian dan professional,” tandasnya. (*)