LOMBOK TENGAH, MP – Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Lombok Tengah masih butuh penanganan dan perhatian. Faktanya, masih banyak masyarakat belum mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, apalagi kaum wanita yang ditinggal mati oleh suaminya dan didalamnya terdapat anak yatim. “Bila ditelisik, masih banyak masyarakat kita yang belum memenuhi kebutuhan dasaranya, apalagi ibu-ibu yang sudah tinggal mati suaminya dan didalamnya ada anak yatim yang harus dihidupi,” ungkap Anggota DPRD Lombok Tengah, H Ahmad Supli, SH ketika melakukan pembinaan kepada WRSE yang tergabung dalam Forum Perempuan Tangguh Indonesia (FPTI), sekaligus dirangkaikan dengan Reses di Masjid Nurul Islam, Leneng, Selasa (15/5).
Namun, khususnya di kecamatan Praya, ia terus memprioritaskan mereka. Malah, setiap reses maupun dana aspirasinya selalu digunakan untuk mereka. Tahun 2017, ia anggarkan sebesar Rp 100 juta dan 2018 sebesar Rp 150 juta. Bahkan bila ada dana lain, seperti dari Bazarnas dan DASI kita panggil mereka. “Kalau dari dana aspirasi, kita berikan dalam bentuk sembakao, bila diuangkan nilainya sekitar Rp 2 juta,” terangnya.
Di dalam pemberdayaan itu kata Supli, diharapkan mereka bisa membuka kios kecil. Terbukti, sudah banyak yang membuka kios kecil. Dengan usaha baru mereka itu, bisa memenuhi kebutuhan dasarnya. “Di Praya saja kini sudah 75 orang yang tergabung dalam FPTI. Tidak menutup kemungkinan akan bertambah juga,” terangnya.
Sedangkan, untuk pengadaan sembakao yang dari dana aspirasi, ia meminta Dinas Sosial agar lebih selektif memilih rekanannya. Artinya, jangan terulang lagi kasus dulu. Dimana, ketika mereka memberikan beras, malah diberikan yang kurang bagus. “Dinsos harus lebih selektif memilih rekanan,” tungkasnya. |dk