LOMBOK TENGAH,MP – 151 tokoh adat dan budaya se-Lombok Tengah yang tergabung dalam Majelis Adat Sasak (MAS), pada Minggu (11/2) 2018, ikuti kegiatan Sangkep Beleq I yang digelar di Bencingah Adiguna Praya Lombok Tengah. Sangkep itu, usung tema peririk bale langgak, gubuk gempeng, gumi paer adat budaye menuju Lombok Tengah Tatas Tuhu Trasna.
Ketua Panitia. Lalu Arif Rahman Hakim dalam sambutanya menyampaikan, kegiatan tersebut digelar sebagai ajang diskusi terkait dengan budaya sasak yang sekaligus konsolidasi organisasi untuk lebih menguatkan kiprah dalam membangun daerah.”Dari hasil diksusi ini diharapkan akan keluar rekomedasi dan juga keputusan soal batasan-batasan adat dan budaya sasak khusunya di Lombok Tengah,”katanya.
Kegiatan itu lanjut Lalu Arif, diikuti oleh 151 orang peserta yang berasal dari tokoh adat dan budaya perwakilan hampir semua desa dan kampung yang ada di Lombok Tengah. Bahkan sejumlah pucuk adat NTB juga diundang sebagai sumber terpercaya sebagai reprensi diksusi atau sangkep Beleq tersebut.
Sementara itu, Pemucuk Adat sasak, HL.Mujitahid dalam sambutanya menyampaikan, kiprah sasak hingga saat ini dalam setiap pembangunan masih sangat rendah. Menurutnya hal itu tidak terlepas dari sejarah kelam yang dialami masyarakat sasak pada zaman belanda dulu.”Saat sasak dikuasi Bali, maka masyarakat pribumi tidak boleh berada pada posisi strategis,”tuturnya.
Untuk menjadi pemilik lahan pertanian saja ketika itu lanjut HL.Mujitahid, pribumi atau masyarakat sasak tidak diperbolehkan. Mereka hanya menjadi penggarap dan pesuruh saja. Atas hal itu, maka saat itu para pemangku sasak bersurat kepada belanda untuk mengusir Bali dari tanah sasak, namun apa yang terjadi, Belanda lebih kejam dari Bali.
Rupanya lanjut HL.Mujitahid, hal itu berlanjut sampai sekarang ini. Berbagai macam pembangunan besar di NTB ini, namun tak satupun usaha besar itu dimiliki oleh orang sasak. Bahkan NTB saat ini dilihat dari segi IPM berada pada posisi 30 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia.”Kejadian pada masa sejarah it uterus terbawa hingga jadikan masyarakat sasat menjadi rendah dalam hal etos kerja dan kewirausahaan,”imbuhnya.
Maka kegiatan itu tandas HL.Mujitahid, haris dimamfaat untuk merubah sejarah sehingga masyarakat sasak bisa berada pada posisi yang sebaik mungkin. Jangan sampai berbagai pembangunan yang ada membuat masyarakat sasak hanya menjadi penonton semata.
Wakil Bupati Lombok Tengah (Wabup) dalam sambutanya menyatakan, kalau pembedayaan masyarakat adat penting dilakukan mengingat posisi mereka yang sangat strategis dalam menjaga kelestarian adat dan budaya sasak tersebut. Terlebih untuk mendukung pembangun di Lombok Tengah.”Karena seperti yangh disampaikan pemucuk adat tadi, benar kalau kearifan lokal membuat pembangunan ini sukses,”katanya.
Bagaimana budaya gotong royong yang ada ditengah-tengah masyarakat, telah mampu meningkatkan pembangunan dengan swadaya masyarakat yang sangat tinggi. Bahkan hampir dalam setiap pembangunan selalu disertai dengan swadaya masyarakat dimana-mana. “Pembangunan jalan desa ada gotong royong, pembangunan masjid dan bahkan sekolah-sekolah madrasah, semua dilakukan dengan gotong royong sebagai salah satu kearifan lokal,”jelasnya.
Selain itu, perumusan nilai-nilai budaya seperti ang akan dilakukan pada Sangkep Beleq I tersebut, sangat penting sehingga bisa memperjelas dan menggali nilai-nilai dan batasan-batasan budaya yang terkadang salah kparah. Terumata oleh generasi muda dengan berbagai teknologi saat ini yang dengan mudah dimasuki oleh bidaya asing.”Maka kami mengucapkan selamat melakukan Sangkep Beleq I ini dan mudahan rumusan yang diinginkan akan bisa terwujud dan pemda siap akomodir setiap rekomendasi yang dihasilkan,”pungkas Wabup. (ding)