Nyale Sudah Keluar, Diprediksi Jadwal Pemkab Meleset

LOMBOK TENGAH, MP – Pelaksanaan bau nyale kembali meleset dari rencananya akan dilaksanakan 6-7 Maret oleh Pemkab Loteng. Nyale dikabarkan sudah keluar Minggu malam. “Buktinya ini sudah banyak keluar, walaupun masih nyale Penyamot atau nyale bekedek (bahasa sasak),” ujar Kades Kuta, Pujut, Lalu Badarudin, Minggu (4/2).

Tapi, ia pastikan nyale akan tumpah ruah pada Senin dan Selasa ini. Nyale yang keluar nanti itu juga merupakan nyale tunggak. Sehingga, 6-7 Maret itu bukan dinamakan nyale tunggak, melainkan nyale foto. “Belum tentu juga 6-7 Maret tempatnya, kalau memang nyale tunggak nanti jatuh 5 Februari (Senin ini), maka nyale foto juga akan jatuh 5 Maret mendatang,” terangnya.

Disatu sisi beber Badarudin, di sangkep warige bersama 4 penjuru mata angin, ia sempat katakan bau nyale akan jatuh di Februari ini. Tapi, karena kalah satu pendapat dari 8 tokoh dan pemangku yang tergabung dalam 4 penjuru mata angin, maka pendapatnya itu dianulir dan menetapkan 6-7 Maret bau nyale tunggak. “Sekarang saja sudah ada nyale, mana mungkin 6-7 Maret jadi nyale tunggak,” ucapnya.

Sementara, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan Loteng, HL Muhammad Putria ngotot nyale akan tumpah ruah Maret mendatang.  Karena, menurut sangkep warige yang dilakukan sejumlah tokoh dan pemangku, tanggal 20 kalander sasak jatuh 6-7 Maret untuk bau nyale. “Perlu diingat juga, Pemkab Loteng tidak pernah menetapkan bau nyale, tapi yang memutuskan itu hasil warige yang dilakukan sejumlah tokoh dan pemangku adat yang ada di Loteng,” kilahnya.

Dalam hal ini jelas Putria, pemerintah hanya mendukung pelaksanaan bau nyale. “Harus diingat juga tidak ada namanya nyale pemerintah dan nyale masayarakat,” terangnya.

Selain itu, 6-7 Maret itu juga tidak pernah ditetapkan menjadi nyale tunggak, melainkan itu jatuhnya nyale foto. Namun, ia tegaskan mari hilangkan perbedaan itu. Artinya, mari kedepankan ketokohan putri mandalika. Dimana, seorang putri yang sangat cantik jelita yang rela menyeburkan dirinya ke laut, hanya untuk menghilangkan pertikaian. Sehingga, sampai saat ini dikenang. Bahkan, bukan hanya masyarakat sasak saja yang menikmati nyale itu, melainkan masyarakat luar juga. “Kalau seperti ini, tahun depan kita akan duduk bersama dengan semua tokoh dan pemangku adat yang ada di Loteng, sehingga tidak ada lagi perbedaan yang terjadi,” pungkasnya. |dk