LOMBOK TENGAH,MP – Salah satu tradisi budaya di Lombok Tengah, akan kembali digelar. Berbagai persiapan untuk melaksanakan event setiap tahun itu kini, sedang dilakukan dan persiapanya sudah mencapai 90 persen. Demikian disampaikan Kepala Desa (Kades) Pejanggik Kecamatan Praya Tengah, Nusilah,S.Kom, Selasa (22/8) 2017 ditemui di Kantor Bupati.
Kegiatan itu lanjut Kades adalah “Perang Timbung” yang akan dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Agustus mendatang di area makam yang diyakini sebagai makam datu pejanggik yang merupakan salah satu raja besar di pulau Lombok dimasa lalu.
Berbagai rangkaian acara diluar acara utama, sudah dipersiapkan oleh panitia yang sudah dibentuk sebelumnya oleh pihak Pemerintah Desa (Pemdes). Diantara kegiatanya antara lain, pepaosan dan zikir zaman yang akan digelar malam sebelum hari H pelaksanaan Perang Timbung tersebut.”Pepaosan ini kita gelar hari kamis malam jumat tanggal 24 Agustus itu,”ungkapnya.
Pada pepaosan itu, akan dipaparkan bagaimana sejarah seputar asal muasal terjadinya perang timbung dan perjalan datu pejanggik yang diyakini ada dimasa lalu didesa pejanggik tersebut.
Selain pepaosan, akan digelar juga Karnval Budaya yang akan diikuti oleh perwakilan masing-masing dusun yang ada di Desa Pejanggik. Karnaval digelar pada hari jumat, tepatnya setelah selesai jumat dihari H pelaksanaan perang timbung.”Rutenya dari Pejanggik ke Bale Beleq kemudian ke makam Serewe. Karnaval ini kita lombakan,”jelasnya.
Setelah itu, barulah rangkaian acara utama dimulai. Dimana pada acara utama itu ada pembacaan Barzanji dan juga pembacaaan sholawat bersama hingga menuju kepuncak acara yakni perang timbung pada sore harinya. Pada rangkaian acara utama ini, terdiri dari beberapa rangkaian sambutan dari pejabat yang hadir pada acara tersebut.
Hanya saja lanjut Kades, dinilainya kegiatan itu selama ini belum didukung secara maksimal oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Hal ini terlihat pada istansi yang saat ini terlibat pada kegiatan itu hanya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) saja. Sementara SKPD lain sejauh ini tidak tampak.”Sumber anggaranya saja dari Disparbud Rp.5 juta dan dari APBDes Rp.6 juta. Hanya itu anggaran kegiatan ini,”imbuhnya.
Untuk itu, Nusilah berharap, agar salah satu potensi wisata berupa kegiatan budaya perang timbung tersebut, bisa maksimal didukung oleh Pemkab sebagaimana kegiatan lainya seperti Bau Nyale di Kuta dan juga Festival Gawe Jelo Nyensek di Desa Sukarara.”Pada kedua kegiatan itu, seluruh SKPD turun tangan mempersiapkan segala sesuatunya. Beda dengan kita, hanya Disparbud saja yang turun,”lirihnya.
Walau demikian lanjut Kades, pihaknya sudah siap 90 persen untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Karena walau seandainya tidak diacarakan oleh pemerintah, masyarakat setempat tetap mengadakan kegiatan itu secara swadaya, karena sesungguhnya perang timbung itu ada mengakar ditengah masyarakat. (ding)