Supli : Pengawasan dan Kurikulum Belum Maksimal

LOMBOK TENGAH, MP – Tingkah laku dan perbuatan pelajar kini kian bertambah beringas. Sebab tawuran, pengeroyokan antar pelajar marak terjadi, hingga sampai-sampai berujung kepada proses hukum.

Kejadian ini membuat anggota Komisi IV DPRD Loteng, H Ahmad Supli merasa prihatin. “Kami merasa prihatin atas tingkah laku dan perbuatan anak-anak kita saat ini. Mungkin ini menjadi warning kita bersama-sama untuk intropeksi diri dan evaluasi diri apa yang menjadi penyebab hingga anak-anak berbuat tindakan tidak terpuji,” kata H Ahmad Supli di kantor DPRD, kemarin (29/8).

Menurutnya, maraknya aksi kriminilitas di kalangan pelajar, dikarenakan kurang maksimalnya penerapan kurikulum budi pekerti dan pendidikan karakter di sekolah. Kalau memang dua hal ini betul-betul diterapkan oleh semua sekolah, maka ia yakin tidak akan marak terjadi aksi kriminalitas di kalangan pelajar.

Seperti yang sudah sukses menerapkan kurikulum budi pekerti dan pendidikan karekter yakni SMAN 1 Praya. Dimana, di sekolah itu ia tidak mendengar ada aksi kriminalitas yang dilakukan oleh siswa-siswinya. Oleh sebab itu, kenapa harus malu mencontoh SMAN 1 Praya yang sudah sukses menerapkan pola itu. “Silahkan contoh SMAN 1 Praya,” ujarnya.

Kemudian, ia meminta Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) untuk betul-betul maksimal menerapkan kurikulum budi pekerti dan pendidikan karakter disemua sekolah. Sehingga, kalau hal itu diterapkan di semua sekolah, maka ia bisa pastikan akan bisa memanimalisir maraknya aksi kriminalitas dikalangan pelajar di sekolah itu.

Selain itu, peran serta orang tua dalam memberikan pembinaan dan pengawasan terhadap anak harus ditingkatkan. Artinya, jangan membiarkan ada ruang untuk anak keluyuran setelah pulang sekolah. Kalau itupun terjadi, harus ada pengawasan orang tua, kemana anak akan bepergian. “Intinya anak harus tetap dalam pengontrolan dan pengawasan kita setelah mereka pulang sekolah. Jangan dibiarkan keluyuran begitu saja, tanpa ada kontrol dan pengawasan kita (sebagai orang tua),” tungkasnya. |dk