Oleh Drs H Fahrurrozi
Diskusi di kantin Demokrasi tentang siapa sosok menjadi Sekda Lombok Tengah oleh para politisi tingkat kampung memang hangat diperbincangkan , seiring secangkir kopi hangat sambil menyenandungkan lagu “ya nasib ya nasib”.
Sekda Lombok Tengah sebentar lagi akan masuk masa pensiun , siapa penggantinya memang di nanti- nanti baik di kalangan birokrat maupun masyarakat , siapa sesungguhnya oleh orang yang anggap layak oleh Bupati ?.
Ada beberapa nama yang sudah masuk nominasi di antaranya NS, LE, SW,IH dan terahir AH. Siapa di antara lima orang tersebut rasanya sulit di tebak kemauan bupati, memberikan orang kecewa bukan tipe tapi orang menciptakan sendiri rasa kecewa biasa terjadi. “Tidakkah hampir satu tahun mereka semua sudah di berikan formulir ?“.
Masa- masa kebingungan menentukan siapa pengganti sekda , bagi Bupati Lombok Tengah memilih menyanyikan lagu “ aku ingin duduk di singgasana kembali “ , sementara mereka berlima juga disuruh tidur dahulu dan harapan bupati semoga bermimpi yang indah- indah.
Kenapa demikan, karena kelima calon sekda belum ada yang bermimpi dan menceritakan , minimal mengatakan bagaikan kepala suku “Aku berada dibelakang pak Bupati untuk kembali duduk di singgasana “.
“Bangun tidur ku tidur lagi “ nampaknya Bupati ,lagi- lagi kebingungan menentukan pilihan setelah duduk di singgasana kembali , belum ada yang bermimpi bagaimana cermin Lombok Tengah lima tahun kedepan, atau tentang gagasan kalau- kalau Bupati berencana untuk maju menjadi NTB satu.
Rupanya Bupati masih senang berkalkulasi sambil menenandungkan lagu “ satu tambah satu sama dengan dua , dua di tambah satu sama dengan tiga dan siapa yang dekat lekas mendapat siapa yang jauh ditinggal kereta ,kelima calon sekda belum ada yang berani menyenandungkan lagu satu tambah satu sama dengan tiga.
Jabatan sekda bukan jabatan politik tapi kadarnya hanya 18 karat saja , karena tidakkah politik dapat di jadikan alat untuk mencapai tujuan ,bukan mereka yang pandai berhitung , bukan pula orang yang pandai berkata kata tapi bagaimana menggerakkan seluruh komponen pelayan masyarakat sehingga dapat bekerja lebih efektif dan efisien .
Malam semakin larut diskusi selesai bersamaan dengan dinginnya kopi sedingan calon sekda Lombok Tengah dan dalam kalkulasi terahir nampaknya ada kuda hitam atau bisa jadi Sekda Impor.|*